Sabtu, 09 Oktober 2021

Kuta Meuligoe, Hamparan Sawah-Sawah


 

Oleh: Erdiwar


Kuta Meuligoe adalah sebuah desa yang terletak dikecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh. Desa tersebut disebut Kuta Meuligoe adalah dulu merupakan suatu tempat para raja berkumpul membahas tentang permasalahan kerajaan. Desa Kuta Meuligoe merupakan kampung halaman istri saya, karena semenjak tahun 2000 saya menjadi masyarakat Kuta Meuligoe walaupun tidak tinggal sepenuhnya didesa tersebut. Kuta Meuligoe merupakan sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hamparan sawah-sawah yang membentang luas, seakan-akan desa tersebut seperti sebuah pulau yang terletak ditengah persawahan warga.

Desa Kuta Meuligoe terbagi dua yaitu kuta meuligoe Barat dan Kuta Meuligoe Timur  sering disebut Kuta Meuligoe Glee. Meuligoe Barat dikelilingi perkebunan masyarakat sedangkan Kuta Meuligoe Glee terdapat bukit-bukit kecil yang agak gersang dan tandus. Pada saat tertentu masyarakat kedua meuligoe tersebut berkumpul untuk membahas hal-hal yang sangat penting untuk kemajuan desa tersebut. Penduduk desa Kuta Meuligoe tidak begitu ramai karena  masyarakatnya lebih memilih merantau ketimbang tinggal di desa  kelahirannya, para pemuda kalua sudah selesai sekolah pergi merantai di provinsi lain kebanyakan mereka mengadu untung di pulau jawa.

Para pemuda yang mengadu nasib dirantau orang bertekat bila Kembali kalau sudah berhasil, jika tidak berhasil maka mereka malu untuk pulang kekampung. Kebanyakan mereka sangat ulet berusaha sehingga kebanyakan berhasil dirantau orang, mereka pulang kekampung satu atau dua tahun  sekali. Pada saat mereka pulang berkenaan dengan hari Raya Idul Fitri atau hari Raya Idul adha, mereka terlihat sangat Bahagia bila sudah pulang kekampungnya. Dengan keberhasilan mereka nampakkan ke masyarakat kampung bahwa mereka telah berhasil, saat pulang kampung dengan membawa mobil mewah. Bagi mereka yang belum berhasil terus berusaha untuk berjuang dirantau orang sehingga pada suatu saat aka nada keajaban untuk mereka.

Penduduk Kuta Meuligoe bermata pencarian sebagai petani yang mengarap sawah ladang  yang mereka punya untuk menghidupkan keluarganya sehari-hari, namun ada juga sebagai pedagang, PNS, wiraswasta. Bagi petani mereka pada saat pagi hari sudah mulai kesawah atau kekebun untuk mengarap sawah dan ladang mereka, bagi PNS mereka pergi kekantor, pedagang pergi jualan kepasar-pasar untuk menjaga dagangannya. Setelah kesibukan seharian mereka pada saat sore dan malam hari berkumpul di munasah atau di kede kopi, membicarakan hal-hal yang sudah mereka kerjakan. Keunikan yang ada didesa ini adalah saat mereka berkumpul tersebut, malahan larut malam mereka masih duduk di kede kopi. Hal lain yang unik adalah para pemuda tanggung mereka sering berkumpul di munasah belajar ilmu agama dan mereka tidur juga di munasah tersebut.

Keunikan lain yang ada di desa Kuta Meuligoe adalah sangat menghormati para pendatang yang baru menjadi warga mereka, bila warga yang pendatang tersebut mempunyai kelebihan maka sangat dihormati. Saya seorang pendatang dikampung tersebut merasa dihormati bila saya  sekali-kali pulang berkunjung kekampung tersebut, pada saat shalat berjama’ah mereka sering menyuruh saya  menjadi Imam shalat berjam’ah. Kerbersamaan  yang dilakukan masyarakat sangatlah terlihat dari keseharian mereka yang saling menghormati dan saling menjaga, sehingga kehidupan mereka sangat bersahaja walaupun kehidupannya sangat sederhana.

Masalah pendidikan sangat mereka perhatikan untuk anak-anak mereka sebagai generasi yang akan datang, tidak tanggung tanggung mereka menyekolahkan anak-anak mereka kejenjang yang sangat tinggi. Para pelajar yang menegecap pendidikan sangatlah banyak dan menjadi generasi yang andal dan tangguh, berbagai gelar anak-anak mereka dapati dan banyak menduduki jabatan penting di pemerintahan. Namun mereka tidak pernah sombong, angkuh bila sudah mempunyai gelar yang tinggi dan menduduki jabatan penting, mereka sangat rendah hati  sehingga kesederhanaan terpancar di wajah mereka. Hal ini bisa terjadi karena para orang tua mereka selalu mengajarkan hal-hal demikian dan dari ilmu yang mereka dapatkan semasa masih belajar ilmu agama di dayah  semasa mereka masih dikampung.

Kebanyakan warga desa Kuta Meuligoe setelah punya pekerjaan jarang tinggal di kampung halaman, mereka memilih tinggal didekat tempat tugas supaya lebih mudah dijangkau waktu pergi ketempat kerja. Walaupun demikian kampung halamannya tidak pernah dilupakan, kalau ada waktu luang mereka tetap pulang kekampung menjengguk orang tua atau sanak saudaranya. Ada suatu kebiasaan yang dilakukan oleh mereka-mereka waktu pulang kampung, bagi laki-laki mereka bila mau ketemu dengan teman-teman atau atau saudara bukan pekergi kerumah. Tapi mereka pergi kemunasah atau ke jambo jaga, disanalah tempat berkumpul mereka.

Sewaktu mereka sudah bertemu terasa seperti satu keluarga  baik anak muda, orang tua saling bercengrama ditempat tersebut. Satu sama lain saling bertanya tentang keadaan atau membahas hal-hal yang penting tentang sesuatu permasalahan. Namun ada juga mendengarkan cerita dari salah seorang yang baru pulang dari rantau sedangkan yang lainnya mendengarkan cerita tersebut. Dari cerita yang dilakoni seseorang tersebut pasti ada sanggahan dari yang lainnya sehingga suasana menjadi lebih hidup dan kebersamaan terpupuk lebih mesra dan indah.

Keunikan yang lain pada desa Kuta Meuligoe adalah hampir semua rumah penduduk ada gubuk kecil tempat duduk yang mereka sebut jambo dan juga ada yang menyebutnya pantee yang berada  didepan atau disamping rumah. Di jambo kecil itu juga mereka duduk bersama keluarga menikmati keindahan  sekeliling tempat tinggal mereka, atau menikmati hidangan yang disediakan. Ada juga dijambo kecil tersebut tempat mereka istirahat siang sepulangnya dari sawah atau tempat bekerja, dan disitulah tempat paforit mereka berada di kampung halaman.

Sampai sekarang keaadaannya kampung Kota Meuligoe ini tidak banyak terjadi perubahan dengan rumah yang jarang-jarang tidak begitu rapat, penduduknya juga tidak terlalu ramai. Malahan terlihat dulu ada rumah ditempati pada suatu kebun namun rumah itu menjadi tidak ada lagi berpenghuni, dan rumahnya menjadi tidak terurus serta hampir roboh akibat tidak ditempati lagi. Suasana di kampung Kota Meuligoe tersebut tetap nyaman, adem ayem, sejuk, dan indah dipandang mata, apalagi bila kita duduk dan berdiri didepan hampran sawah-sawah yang luas membentang. Terlihat dari kejauhan perkampungan sebelah yang hijau dengan pegunungan yang penuh berbukitan, membuat suasana hati menjadi tenang dan penuh pengharapan supaya tetap bisa terjaga keasriannya.

Bila suatu saat  para generasi penerus desa Kuta Meuligoe baik yang masih tinggal dikampung dan yang merantau kenegeri lain, dan pulang kekampung halan tetap terus menjaga,membangun, merawatnya sampai kapanpun. Wahai generasi muda jangan sampai kalian terlena dengan hal-hal yang mengakibat dirimu lupa akan kampung halaman, bangun imajinasi, berinovasi terus berkarya demi mewujudkan cita-cita para pendahulu. Jangan sampai kalian lupa aka napa yang telah diberikan oleh orang tua dan pemangku adat yang ada di kampung halamanmu tetap untuk merawat dan menjaganya sehingga tempat bermain dulu, dan menjadi kenangan dimanapun kalian berada.

 

Erdiwar, Lahir di Suaq Hulu, 31 Desember 1970. Menyelesaikan Pendidikan SDN 1 Samadua di Samadua, menamatkan SMPN 1 Samadua, dan SMAN 2 Tapaktuan. Lulus IAIN Ar-Raniry Banda Aceh tahun 1999 Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Alam, melanjutkan S2 di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Jurusan Pendidikan IPA tahun 2014. Sejak tahun 2004  s.d 2010 mengajar di MTsN Blangpidie, mengajar di MTsN Kuala Batee 2010 s.d 2018, menjadi Kepala  MTsN 1 Aceh Barat Daya 2018. Tahun 2020 juara harapan 1 Inovasi Pembelajaran masa darurat covid-19 tingkat provinsi. Penulis bisa dihubungi erdiwaredi@yahoo.co.id atau Hp atau WA 085359024524.


0 komentar:

Posting Komentar