Oleh: Erdiwar
Kuta Meuligoe adalah sebuah desa
yang terletak dikecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh. Desa
tersebut disebut Kuta Meuligoe adalah dulu merupakan suatu tempat para raja
berkumpul membahas tentang permasalahan kerajaan. Desa Kuta Meuligoe merupakan
kampung halaman istri saya, karena semenjak tahun 2000 saya menjadi masyarakat
Kuta Meuligoe walaupun tidak tinggal sepenuhnya didesa tersebut. Kuta Meuligoe
merupakan sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hamparan sawah-sawah yang
membentang luas, seakan-akan desa tersebut seperti sebuah pulau yang terletak
ditengah persawahan warga.
Desa
Kuta Meuligoe terbagi dua yaitu kuta meuligoe Barat dan Kuta Meuligoe
Timur sering disebut Kuta Meuligoe Glee.
Meuligoe Barat dikelilingi perkebunan masyarakat sedangkan Kuta Meuligoe Glee
terdapat bukit-bukit kecil yang agak gersang dan tandus. Pada saat tertentu
masyarakat kedua meuligoe tersebut berkumpul untuk membahas hal-hal yang sangat
penting untuk kemajuan desa tersebut. Penduduk desa Kuta Meuligoe tidak begitu
ramai karena masyarakatnya lebih memilih
merantau ketimbang tinggal di desa
kelahirannya, para pemuda kalua sudah selesai sekolah pergi merantai di
provinsi lain kebanyakan mereka mengadu untung di pulau jawa.
Para
pemuda yang mengadu nasib dirantau orang bertekat bila Kembali kalau sudah
berhasil, jika tidak berhasil maka mereka malu untuk pulang kekampung.
Kebanyakan mereka sangat ulet berusaha sehingga kebanyakan berhasil dirantau
orang, mereka pulang kekampung satu atau dua tahun sekali. Pada saat mereka pulang berkenaan
dengan hari Raya Idul Fitri atau hari Raya Idul adha, mereka terlihat sangat
Bahagia bila sudah pulang kekampungnya. Dengan keberhasilan mereka nampakkan ke
masyarakat kampung bahwa mereka telah berhasil, saat pulang kampung dengan
membawa mobil mewah. Bagi mereka yang belum berhasil terus berusaha untuk
berjuang dirantau orang sehingga pada suatu saat aka nada keajaban untuk
mereka.
Penduduk
Kuta Meuligoe bermata pencarian sebagai petani yang mengarap sawah ladang yang mereka punya untuk menghidupkan
keluarganya sehari-hari, namun ada juga sebagai pedagang, PNS, wiraswasta. Bagi
petani mereka pada saat pagi hari sudah mulai kesawah atau kekebun untuk
mengarap sawah dan ladang mereka, bagi PNS mereka pergi kekantor, pedagang
pergi jualan kepasar-pasar untuk menjaga dagangannya. Setelah kesibukan
seharian mereka pada saat sore dan malam hari berkumpul di munasah atau di kede
kopi, membicarakan hal-hal yang sudah mereka kerjakan. Keunikan yang ada didesa
ini adalah saat mereka berkumpul tersebut, malahan larut malam mereka masih
duduk di kede kopi. Hal lain yang unik adalah para pemuda tanggung mereka
sering berkumpul di munasah belajar ilmu agama dan mereka tidur juga di munasah
tersebut.
Keunikan
lain yang ada di desa Kuta Meuligoe adalah sangat menghormati para pendatang
yang baru menjadi warga mereka, bila warga yang pendatang tersebut mempunyai
kelebihan maka sangat dihormati. Saya seorang pendatang dikampung tersebut merasa
dihormati bila saya sekali-kali pulang
berkunjung kekampung tersebut, pada saat shalat berjama’ah mereka sering
menyuruh saya menjadi Imam shalat
berjam’ah. Kerbersamaan yang dilakukan
masyarakat sangatlah terlihat dari keseharian mereka yang saling menghormati
dan saling menjaga, sehingga kehidupan mereka sangat bersahaja walaupun kehidupannya
sangat sederhana.
Masalah
pendidikan sangat mereka perhatikan untuk anak-anak mereka sebagai generasi
yang akan datang, tidak tanggung tanggung mereka menyekolahkan anak-anak mereka
kejenjang yang sangat tinggi. Para pelajar yang menegecap pendidikan sangatlah
banyak dan menjadi generasi yang andal dan tangguh, berbagai gelar anak-anak
mereka dapati dan banyak menduduki jabatan penting di pemerintahan. Namun
mereka tidak pernah sombong, angkuh bila sudah mempunyai gelar yang tinggi dan
menduduki jabatan penting, mereka sangat rendah hati sehingga kesederhanaan terpancar di wajah
mereka. Hal ini bisa terjadi karena para orang tua mereka selalu mengajarkan hal-hal
demikian dan dari ilmu yang mereka dapatkan semasa masih belajar ilmu agama di
dayah semasa mereka masih dikampung.
Kebanyakan
warga desa Kuta Meuligoe setelah punya pekerjaan jarang tinggal di kampung
halaman, mereka memilih tinggal didekat tempat tugas supaya lebih mudah
dijangkau waktu pergi ketempat kerja. Walaupun demikian kampung halamannya
tidak pernah dilupakan, kalau ada waktu luang mereka tetap pulang kekampung
menjengguk orang tua atau sanak saudaranya. Ada suatu kebiasaan yang dilakukan
oleh mereka-mereka waktu pulang kampung, bagi laki-laki mereka bila mau ketemu
dengan teman-teman atau atau saudara bukan pekergi kerumah. Tapi mereka pergi
kemunasah atau ke jambo jaga, disanalah tempat berkumpul mereka.
Sewaktu
mereka sudah bertemu terasa seperti satu keluarga baik anak muda, orang tua saling bercengrama
ditempat tersebut. Satu sama lain saling bertanya tentang keadaan atau membahas
hal-hal yang penting tentang sesuatu permasalahan. Namun ada juga mendengarkan
cerita dari salah seorang yang baru pulang dari rantau sedangkan yang lainnya
mendengarkan cerita tersebut. Dari cerita yang dilakoni seseorang tersebut
pasti ada sanggahan dari yang lainnya sehingga suasana menjadi lebih hidup dan
kebersamaan terpupuk lebih mesra dan indah.
Keunikan
yang lain pada desa Kuta Meuligoe adalah hampir semua rumah penduduk ada gubuk
kecil tempat duduk yang mereka sebut jambo dan juga ada yang menyebutnya pantee
yang berada didepan atau disamping
rumah. Di jambo kecil itu juga mereka duduk bersama keluarga menikmati
keindahan sekeliling tempat tinggal
mereka, atau menikmati hidangan yang disediakan. Ada juga dijambo kecil
tersebut tempat mereka istirahat siang sepulangnya dari sawah atau tempat
bekerja, dan disitulah tempat paforit mereka berada di kampung halaman.
Sampai
sekarang keaadaannya kampung Kota Meuligoe ini tidak banyak terjadi perubahan
dengan rumah yang jarang-jarang tidak begitu rapat, penduduknya juga tidak
terlalu ramai. Malahan terlihat dulu ada rumah ditempati pada suatu kebun namun
rumah itu menjadi tidak ada lagi berpenghuni, dan rumahnya menjadi tidak
terurus serta hampir roboh akibat tidak ditempati lagi. Suasana di kampung Kota
Meuligoe tersebut tetap nyaman, adem ayem, sejuk, dan indah dipandang mata,
apalagi bila kita duduk dan berdiri didepan hampran sawah-sawah yang luas
membentang. Terlihat dari kejauhan perkampungan sebelah yang hijau dengan
pegunungan yang penuh berbukitan, membuat suasana hati menjadi tenang dan penuh
pengharapan supaya tetap bisa terjaga keasriannya.
Bila
suatu saat para generasi penerus desa
Kuta Meuligoe baik yang masih tinggal dikampung dan yang merantau kenegeri
lain, dan pulang kekampung halan tetap terus menjaga,membangun, merawatnya
sampai kapanpun. Wahai generasi muda jangan sampai kalian terlena dengan
hal-hal yang mengakibat dirimu lupa akan kampung halaman, bangun imajinasi,
berinovasi terus berkarya demi mewujudkan cita-cita para pendahulu. Jangan
sampai kalian lupa aka napa yang telah diberikan oleh orang tua dan pemangku
adat yang ada di kampung halamanmu tetap untuk merawat dan menjaganya sehingga
tempat bermain dulu, dan menjadi kenangan dimanapun kalian berada.
Erdiwar, Lahir di Suaq Hulu, 31
Desember 1970. Menyelesaikan Pendidikan SDN 1 Samadua di Samadua, menamatkan
SMPN 1 Samadua, dan SMAN 2 Tapaktuan. Lulus IAIN Ar-Raniry Banda Aceh tahun
1999 Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Alam, melanjutkan S2 di Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh Jurusan Pendidikan IPA tahun 2014. Sejak tahun 2004 s.d 2010 mengajar di MTsN Blangpidie, mengajar
di MTsN Kuala Batee 2010 s.d 2018, menjadi Kepala MTsN 1 Aceh Barat Daya 2018. Tahun 2020 juara
harapan 1 Inovasi Pembelajaran masa darurat covid-19 tingkat provinsi. Penulis
bisa dihubungi erdiwaredi@yahoo.co.id
atau Hp atau WA 085359024524.







0 komentar:
Posting Komentar